ini cerpen hasil karya temen sohib gue namanya Paskal Gameryo, makasih yo cerpennya :) selamat membaca guys :)
Pagi-pagi sekali saat matahari belum beranjak dari peraduannya. Lala tergesah-gesah lantaran harus berangkat sekolah lebih awal karna belum menyelesaikan PR. Setelah seluruh pakaian dan barang-barang yang dibutuhkan semuanya sudah lengkap. Lala segera berangkat dengan menggunakan sepeda.
Pagi-pagi sekali saat matahari belum beranjak dari peraduannya. Lala tergesah-gesah lantaran harus berangkat sekolah lebih awal karna belum menyelesaikan PR. Setelah seluruh pakaian dan barang-barang yang dibutuhkan semuanya sudah lengkap. Lala segera berangkat dengan menggunakan sepeda.
Sesampainya disekolah ia berlari melewati koridor. Saking tergesah-gesahnya ia tak sengaja menabrak seorang cowok dengan tingginya sedang, rambutnya ikal, kulitnya sawo matang didepannya tanpa meminta maaf. Cowok itu hanya tersenyum dan menggelengkan kepalanya seolah menganggapnya hal yang sudah biasa.
Jam istirahat berbunyi seluruh siswa behamburan kekantin untuk isi ulang perbekalan diperut yang sudah kosong terkuras oleh pelajaran. Lala memesan satu mangkok bakso. Dilahapnya satu mangkok bakso itu yang sebelum dimakannya telah diberi sambel 5 sendok dan saus yang cukup banyak. Seusai makan ia berbincang dengan temannya Rani mengenai projek mading untuk bulan ini. Mereka masih bingung untuk bulan ini tema yang cocok apa ?.
Lala menghirup jus melonnya seketika ia mendapat ide “ Nah ini dia kenapa nggak dari tadi. ”.
“ Kenapa ? lu udah dapet ide La ?. ” tanya Rani penasaran.
“ Iya Ran, gimana kalau tema buat bulan ini Kepemimpinan ?.” Lala menatap mata Rani.
“ Wah ide bagus tuh. Yaudah sekarang kita kasih tau ajah anak-anak. Deadline untuk bulan ini kan sudah sebentar lagi. Udah nggak ada waktu buat santai. Come on !.” Rani beranjak dari duduknya lalu meninggalkan kantin. Lala mengikutinya dari belakang.
Keesokan harinya. Seluruh anggota mading diberi tugas masing-masing. Seperti biasa Lala mendapat tugas mewancarai siswa. Tapi untuk tugas Lala kali ini. Ia difokuskan untuk mewawancarai anggota OSIS yang sebentar lagi akan turun jabatan. Karna memang temanya pemimpin ya ga ada salahnya kita mewawancarai mereka. Seusai pulang sekolah. Lala mondar-mandir mencari ketua kelas. Lala sudah seperti paparazzi yang haus akan berita. Tugasnya pun hampir selesai hanya satu orang lagi, yaitu ketua OSIS. Lala tidak tahu siapa nama ketua OSISnya. Tidak habis pikir ia menanyakan keseluruh siswa yang lewat didepannya. Tapi mereka hanya menyebutkan nama dan kelas namun tetap saja Lala tidak tahu yang mana orangnya.
Untuk memastikannya lagi ia masuk kedalam ruang kelas 12-B. Ia terkejut ternyata ada orang yang sedang duduk dipojok kelas sambil membaca novel. Begitu melihat ada orang di pojokan kelas Lala langsung menghampiri cowok tersebut.
“ Eh elu yang disana, elu kelas 12-b ? .” tanyanya dengan nada keras supaya cowok itu mendengar suaranya.
Cowok itu menutup novelnya lalu diletakkannya di meja “ Iya, kenapa ?. ”.
“ Ketua OSIS yang namanya Caesa mana ? penting banget nih. Elu ngeliat dia nggak ?. ” mohon Lala kepada cowok itu.
Cowok itu menggelengkan kepalanya “ gue gatau cari ajah sendiri. “ cowok itu meraih novelnya kembali dan membacanya “ oia biasanya si di kantin lu cari ajah.”.
“ Ohgitu. ” sahut Lala lalu meninggalkan kelas tanpa berterima kasih.
Cowok itu melihat Lala yang meninggalkan kelas. Tak disangka olehnya cewek secantik Lala angkuhnya minta ampun. Tiba-tiba Lala kembali lagi kekelas.
“ Oia,,sebelumnya terima kasih. ” ucap Lala kepada cowok itu lalu pergi lagi.
“ iya iya sama sama.” Senyumnya.
Begitu sampai dikantin tidak ada seorang pun disana. Hanya ada Babeh yang sedang membersihkan lantai kantin. Lala pun menyerah dan segera berkumpul dengan anak mading lainnya. Ia menyerahkan seluruh laporan wawancaranya ke Rani yang sekaligus merangkap sebagai ketua kegiatan.
Rani membaca satu per satu kertas wawancara yang telah dikumpulkan Lala.
Dahi Rani mengernyit, lalu ia cek kembali satu per satu kertas wawancaranya. Ia merasa ada yang kurang dari laporan ini.
“ Kenapa ketua OSIS belom elu wawancarai ?. ” tanya Rani.
Lala menghela napas “ Dari tadi gue udah mondar-mandir satu jam cuman buat nyari dia doang tapi nggak ada. Dan gue juga gatau dia yang mana. Gue cuman tau namanya Caesa. ”.
“ Lu nggak tau Caesa ? yaampun lu ko bego amat si. ” Rani melotot lalu menunjuk kearah belakang tubuh Lala “ tuh tuh kebetulan orangnya lewat. Buruan sana.”.
Lala buru-buru meraih pulpen dan secarik kertas.
Lala menepuk pundak cowok itu dari belakang. Cowok itu pun menengok kearah Lala. Lala terkejut melihat cowok itu. Ia tak menyangka ternyata cowok yang daritadi ia cari daritadi sudah ia temui dikelas 12-B malah ia sempat ngobrol.
“ Elu ? elu Caesa ?.” tanya Lala heran.
“ Iya gue Caesa panggil aja Esa.” Cowok itu mengulurkan tangannya ingin berjabat tangan seraya tersenyum.
Bukannya menyambut jabat tangan Esa. Lala justru mencubit perut Esa kencang-kencang. Ia kesal telah dikerjain Esa. Esa tertawa geli sambil menghindari cubitan Lala.
“ Jadi elu tadi ngerjain gue ya sialan lu emang !!.” kesalnya.
“ Hahaha iyaiya lagian itu salah elu sendiri kan. “ ujar Esa.
“ salah apa coba ?. ” tanya Lala membela diri.
Esa tidak menjawab.
Lala memberikan selembar kertas dan menyuruh esa untuk mengisinya. Setelah diberikan kertas itu Esa tidak langsung mengisinya tapi justru hanya melihatnya.
“ ko nggak di isi ?. ” tanya Lala. “ Isi buruan jangan diliatin doang.”.
Esa memandang Lala sambil menyipitkan mata.
“ Apa lu liat liat ? isi buruan mau gue posting di mading !.” pinta Lala kesal.
“ Pulpennya mana ? gue mau ngisi pake apaan kalo pulpennya nggak ada ?.” Esa mengulurkan tangannya meminta pulpen dari Lala.
Diberikannya pulpen itu ke Esa dengan raut wajah jutek “ NIH !.”.
Lala menunggu Esa mengisi kertas yang ia berikan. Seharusnya Esa diwawancari oleh Lala. Tapi karna Lala sudah sebal dengan Esa yang telah membohonginya tadi. Ia cukup memberikan pertanyaan di kertas yang diisi Esa.
Esa pun selesai dan memberikan kertas itu ke Lala lalu beranjak pulang.
Lala segera mengumpulkan semua wawancaranya dan dipilih jawaban yang menurutnya bagus. Dari pilihannya. Terpilih lah jawaban Esa untuk diposting. Walaupun Lala masih tampak ragu. Tapi mau gimana lagi teman-temannya juga sudah mengiyakan. Dan semua dominan memilih jawaban Esa.
Semua artikel telah dikumpulkan. Dengan cekatan semua anggota mading termasuk Lala meletakkan arikel itu secantik mungkin. Kurang dari satu jam mading itu pun selesai.
Seperti hari-hari sebelumnya. Jika mading dengan tema baru telah diposting. Banyak anak-anak dari kelas satu, kelas dua, kelas tiga, hingga guru guru, penjaga sekolah pun iseng-iseng untuk membacanya. Terkadang hanya ingin membaca zodiak bulan ini atau membaca kuis yang hadiahnya cukup menarik.
Melihat banyak orang yang melihat mading. Esa yang sedang melintas tertarik juga untuk melihat. Dia bingung kenapa sebegitu antusiasnya anak-anak untuk melihat mading. Yang dianggapnya hanya membuang-buang waktu. Dan tidak ada gunanya cuman ngeliat artikel-artikel yang disobek terus ditempel kembali diatas karton. Nggak jauh bernilai dengan sampah daur ulang.
Tapi untuk kali ini ia membuang filosofi itu jauh-jauh. Ketika melihat namanya di atas mading dengan tulisannya yang tempo hari ia berikan ke Lala. Raut wajahnya menekuk. Bukan karna kesal ada namanya dimading. Tapi karna ejaan namanya yang salah. Disitu tertulis “ Caeza – ketua OSIS”. Seharusnya “ Caesa.”. Esa menggerutu dalam hati .
“ Awas lu kalo ketemu .” gerutu Esa.
Bel pulang sekolah berbunyi. Anak-anak saling berbondong bondong keluar kelas. Begitu pun Esa. Ia hanya berjalan diantara anak-anak yang tidak sabar pulang. Ia menjemput motornya di lapangan parkir. Lalu menancap gas meninggalkan sekolah.
Diperjalann ia melihat Lala sedang mendorong sepeda dipinggiran jalan. Ia pun menghentikan motornya dan menyapa Lala dengan ledekan.
“ Ciye sepedanya digandeng. Pacaran ya ?.” ledek Esa.
“ Apa loh ? pegih pegih sono. Ganggu gue ajah udah tau lagi kesusahan malah diledekin. Hus hus hus. ” ujar Lala mendorong tubuh gue seakan menyuruh gue pergi sekarang juga.
“ Oh yaudah kalo begitu, padahal gue mau bantuin lu tapi lu malah ngusir gue.” Esa menghidupkan mesin motornya dan menancap gas “ Bye jelek!. ”.
“ Eh tunggu…tunggu.” Lala memanggil Esa sebelum Esa jauh dari pandangannya.
Esa berhenti dan menoleh kearah Lala “ Kenapa lagi ?.”.
“ Temenin gue dulu ke bengkel sepeda ya ? pliss. ” Lala memohon seraya senyuman manisnya tersumbing diwajahnya hingga membuat hati Caesa meleleh dan mencair.
Caesa tak sanggup menolak permintaan Lala.
“ Yaudah ayok naek bawa sepedanya juga. ” perintah Caesa.
“ Horee.. ” Lala menghempaskan kepalan tangannya kelangit.
Caesa dan Lala berhenti dibengkel sepeda yang letaknya tidak jauh dari mereka bertemu tadi. Sambil menunggu ban sepeda Lala diganti karna bocor. Esa beranjak kewarung kecil membelikan dua botol minuman bersoda. Dan menawarkannya kepada Lala. Walaupun malu-malu kucing menolak minuman dari Caesa. Lala pun luluh juga karna tak tahan akan godaan dari Esa untuk meminum minuman itu.
Mereka berbincang-bincang. Caesa menanyakan kesalahan namanya yang tertera dimading. Lala malah tertawa mendengar keluhan Caesa hingga membuat Caesa jengkel dan mencubit hidung Lala yang pesek. Lala menjerit kesakitan dan membalas mencubit perut Esa.
“ Udah..udah sakit tau. ” Lala meringis sambil mengelus-elus hidungnya yang semakin pesek.
“ Lagian kalo ditanya nggak pernah bener jawabnya.” Keluh Esa lalu menghirup minumnya sampai habis.
“ Bodo bodo.” Lala menjulurkan lidahnya.
“ Freak dasar!!.” Ujar Esa ketus.
Tak lama kemudian roda sepeda Lala selesai diperbaiki. Mereka bergegas meninggalkan bengkel. Sebelum pulang Esa basa-basi meminta nomor handponenya Lala.
“ La, gue minta nomor lu dong ?. ” Esa menyerahkan handphonenya ke Lala.
“ Buat apa ? ntar lu modusin gue. Nggak nggak.” Tolak Lala.
“ Yaelah cuman buat nambahin kontak doang syukur syukur buat nelpon tukang sedot WC. ” ujar Esa dengan nada meledek.
“ Sialan lu emang muka gue kayak Wc jongkok ?! ” ujar Lala “ yaudah sini hape lu.” Lala dengan lihai mengetik nomor hapenya di handphone Esa.
“ Oke thnks. Gue pulang dulu ya.bye” Esa pun pergi dengan memacu motornya.
Lala melambaikan tangan “ hati hati ya.”.
***
Ketika sedang terlelap dalam dunia mimpi. Lala terbangun mendengar suara handphonenya. Lala menggerutu karna sudah tengah malam gini masih ada saja yang sms.
Dibukanya sms dari nomor yang ia tidak kenal.
“ Lala, udah tidur ?.”
“Udah ko ini lagi tidur siapa ya ?.” Balasnya.
“ Gue Esa, oh lu lagi tidur yaudah bangun dulu gih cuci muka cuci kaki cuci piring. ” sms Esa seketika membuat Lala tertawa dan tak bisa tidur lagi.
“ Kenapa sa ? ganggu gue ajah lu malem-malem. Gue jadi nggak bisa tidur lagi kan tuh.”.
“ Bagus dong kalo gitu, lu jadi bisa temenin gue smsn. Mau kan ? mau kan ?.”.
Mereka pun smsn dari jam dua belas sampai lupa tidur hingga jam 4 pagi. Mereka saling bercanda disms. Dari candaan yang garing sampai candaan yang bener-bener garing. Tapi karna tidak enak satu sama lain. Mereka terpaksa tertawa disms “ HAHAHA” walaupun tidak sesungguhnya tertawa.
Kegiatan ini sudah mereka lakukan hampir sebulan lebih. Tidak lagi tengah malam mereka smsan. Tapi juga setiap waktu bahkan setiap detik. Saat sedang sibuk pun mereka sempatkan untuk smsan. Dijalan, disekolah, dirumah, dimotor, disepeda, dikamar mandipun tak menjadikan halangan mereka untuk berhubungan lewat dunia maya yang satu ini.
Tidak lagi hanya kata-kata canda. Sms mereka sekarang sudah dibubuhi kata-kata gombal menjurus ke romantis. Bahkan dari kata gue elu sudah berubah menjadi aku kamu. Dari aku kamu juga berubah dengan kata panggilan istimewa Nenek Opung. Disingkat juga oleh mereka NEO. Mereka halayaknya pasangan yang sudah satu atau dua tahun menjalin hubungan. Namun itu hanya angan belaka.
Namun tidak hanya sebatas smsan atau berhungan lewat media sosial. Lala dan Esa juga sering ngobrol bahkan jalan berdua hampir setiap hari setelah pulang sekolah. Taman, mereka selalu pergi kesana setelah pulang sekolah. Karna pulang sekolahnya agak sore jam lima. Mereka selalu menyempatkan waktu sampai jam enam untuk sekedar melihat eloknya langit sore dipinggiran danau yang berada ditengah taman.
Dari lubuk hati yang paling dalam sebenarnya Lala menyimpan rasa istimewa kepada Esa. Namun Esa belum peka dengan apa yang dilakukan Lala kepadanya. Lala sudah memberikan perhatiannya secara penuh kepada Esa. Namun Esa tetap tak sadar dan malah semakin lama Esa mulai sombong kepadanya. Entah apa yang sebenarnya Esa alami saat ini. Esa berubah 180 derajat tidak seperti Esa yang sebulan lalu ia kenal. Satu minggu ini Esa tidak sms Lala duluan kalau Lala tidak memulai sms ke Esa. Padahal satu bulan yang lalu Esa lebih getol sms Lala duluan. Apalagi jika Lala balas smsnya lama. Ia bisa-bisa mengirim lima sampai sepuluh sms yang sama. Sekarang Esa tidak seperti itu lagi.
***
Malam minggu tepat ulang tahun Esa. Esa mengadakan pesta ulang tahun kecil-kecilan dirumahnya. Hanya teman dekatnya saja yang diundang. Ia pun juga mengundang Lala untuk datang kepestanya. Jam tujuh malam pesta dimulai semua teman-temannya juga telah berkumpul. Tapi masih kurang. Lala belum datang. Pikiran Esa, Lala masih dijalan atau mungkin terjebak macet. Sambil melihat arloji ditangannya iya agak cemas karna ketidak datangannya teman karibnya itu. Daripada menunggu lama. Atas perintah mama Esa pesta pun dimulai dengan acara tiup lilin diiringi lagu selamat ulang tahun.
Acara dilanjutkan dengan potong kue. Esa memotong kue perlahan. Mamanya memberikan sebuah piring kecil kepada Esa untuk meletakkan kuenya itu. Esa disuruh oleh semua teman-temannya untuk diberikan kue itu kepada orang yang teristimewa baginya saat ini. Esa pun menusuk kue dengan garpu plastik lalu mendekati Rani yang berdiri tepat dihadapannya. Semua teman-temannya yang datang serentak berteriak “ Suapin..suapinn.. ”.
Esa berdiri tepat didepan Rani seraya tersenyum sambil menggantungi sepotong kue untuk disuapkan ke Rani. Rani tampak malu-malu hingga wajahnya memerah.
“ Kue ini untuk cewek gue tersayang. I love you” Ujarnya sambil menyuapi kue itu kemulut Rani.
Rani menyambut kue itu dan memakannya.
Bersamaan dengan itu. Lala yang dari acara potong kue berada dibelakang kerumunan teman-teman Esa. Ia langsung pergi meninggalkan pesta dengan tertatih-tatih sambil menahan tangis yang tak dapat ditahan. Sepatu highillnya terpaksa ia lepas karna terlalu sulit untuk dibawa berlari. Kado yang dibawanya pun ia tinggal begitu saja dibelakang kerumunan.
Perasaannya begitu remuk seperti batu yang terhempas dari langit dan menjadi beribu-ribu bagian. Tangisnya tambah sesak sesaat ia tiba dirumah dan membanting tubuhnya keranjang. Ia membanting barang yang berada didepannya. Guling, bantal, foto, bahkan hapenya pun tak luput menjadi korban. Ia benci dan sangat benci dengan Esa. Cowok yang dikenalnya tanpa sengaja yang sekarang menjadi mimpi buruk baginya.
“ Kenapa gue harus kenal sama lu ? Kenapa !!.” Tangis Lala lirih.
Sungguh menyakitkan memang. Lala yang sudah lama kenal dan dekat dengan Esa justru di biarkan begitu saja tanpa respon. Tapi malah Rani yang belum sampai 3 hari kenal dengan Esa. Sekarang sudah menjadi pacaranya. Cinta memang tidak adil. Perasaan tidak pernah tahu arahnya akan kemana. Datang tiba-tiba dan pergi begitu saja hingga meninggalkan bekas luka yang begitu perih. Kenapa harus ada cinta dan perasaan didunia ini kalau hanya untuk tersakiti ?. Itu sama saja kejahatan yang dipelihara dalam belenggu cinta.
Air matanya berhenti ketika suara handphone Lala berdering.
Pesan dari Esa.
Lala membuka casing belakang hapenya lalu membuka batrei dan melempar hape itu keudara lalu terpelanting kelantai. Ia pun terlelap dalam mimpi indah tuk melupakan mimpi buruk didunia nyata ini.
END.